Dari Studio Batu
Halo.
kepadamu, biar kuceritakan sanctuary ini dalam komposisi:
mimpi kanak-kanak, omong kosong, doa, serta marah
seperlunya. di mata wulang sering kulihat gowongan. Terowongan gelap dan
membingungkan. kita pernah di sana, kita sering ke sana. bertandang berkunjung
berbagi jam lima sebelum kotabaru membuka liturginya.
dari studio batu pula, kami mendengarkan lagu melly dan
mengenang mendung di luar sebagai dunia keras yang barusan takluk. kemudian
seni, ia adalah sekian kemungkinan yang baru saja ngendap macam air comberan.
seperti kata cinta yang mustahil dapat bahasa atau nylempit dalam lembaran kamus
murah meriah. kukira kamu tahu sekali.
sedang sebentar malam datang dengan nama-nama penerbitan,
mancing cari penggawean, dan kajon pejalan kulit putih yang kemungkinan besar
tak begitu menjajah.
satu lagi, bir dingin yang kepalang larang.
kami menukar duit pada tiap lekuk jalan sosrowijayan yang
mulai kami akrabi, lalu kucerita begini padamu lewat matahati. di antara itu
orang-orang mengabarkan jokja lewat media sosial, dengan pengikut tanggung dan
gambar telur. inilah kotakota di mana bata batu tumbuh serupa nganga mulut bapa
tua rajatega.
o di lain tempat.. di kantor-kantor besar rasuna said atawa
tower-tower penggerus air, tommy mengintip rok supervisor bulat pepaya yang
tabu bicara senggama. jakarta sekeras-kerasnya.
sebelum sebentar the adams akan konser di gawai kami yang
malang, kau yang kuceritakan masih belum juga ketemu muka. puisi ini hampir
jadi, tunggu sebaris lagi.
(okelah)
rindu seperti memang perlu
berjalan bak tiktik jam dan dengus papipapi.
halo. masih di sana? Novemberku?
2015
Studio Batu kami |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar