"mestinya orang jakarta pandai sekali main petak
umpet." kau mengatakan ini sambil menyeruput jus tomat dengan gula yang
katamu kebanyakan.
di pancoran aku lihat mancur air.
ia mengingatkanku pada maiden flight semua pesawat pertama
yang bisa mengantarmu ke tujuan yang masih belum dijelajah. tentu. penerbangan
pertama selalulah dapat sambutan paling gegap gempita. itu berlaku bagi apapun.
cinta pertama kerap membuat kita gila, buta, segala saja.
maka jangan marah bila aku ingat juga areola di dadamu yang dua
manis bak anak kembar, yang kalau kutanya mana yang lebih enak antara es krim
coklat atau vanila mereka akan amat bingung.
mungkin seperti itu pula kau dan tahun-tahun di belakang.
setiap pahit kecut seperti pilsener yang kita tenggak dalam
panas dalam yang baru saja. tidak ada kesetiaan dalam kemarau yang salah musim.
kita menanti itu secara keteteran
" oya? betulkah?" aku ingat kau bertanya apakah
ciuman kita bisa lebih hangat seperti mendung di sudirman. kantor-kantor yang
menelan jam doa diam-diam.
orang sini mungkin saja pintar juga menata dakon dan mengadu
nasib pada dadu ular tangga.
sebab seperti kita kini, celah-celah jiwa mereka kian
tertutup dimakan ngengat bernama ruang. dan gejolak-gejolak itu memudar
beriring dengan bunyi rembes air dari tritis di sekitaran gambir.
tapi biar saja kita larut dalam kenang. toh kuyakini kau
dimanapun sama menikmatinya.
2015