Surat Buat Kekasih dan Anak Bayang-Bayang II
Sejak berbagi kabar jadi begitu penting, aku tak lagi segan
menyurat dirimu, meski cuma lewat awan-awan siang yang terus bergerak seperti
membentuk sajak tapi tetap diam.
Kekasih, ada keyakinanku begini.. bila kau sudah menikah
nanti, kau akan memandang wajah suamimu dengan perasaan paling lega: sebab kau
telah jadi perempuan paling beruntung di wajah bumi ini. Di saat kehamilanmu,
kau akan tersenyum sambil menyantap roti Marie, disambi menghirup hangat teh
dan berita paling pagi. Beberapa perempuan suka baca koran, jangan-jangan kelak
kau pun demikian. Sambil membayang-bayang beberapa ruang yang mungkin bisa
kaureka-reka, kauperindah, seperti kegemaranmu menyulap rumah.
Apa kau akan memasang anggrek-anggrek bonsai di antara
taman? apa akan ada juga kolam ikan di rumahmu? waktu aku kecil, kuberitahu
padamu, mbah kakungku almarhum, membuatkanku kolam ikan lengkap dengan ikan
koi, mas, dan mujaer. Kalau datang malam, ikan-ikan kami sembunyi di
karang-karang: berjuang, berjaga-jaga, siapa tahu si hitam- kucing nakal itu,
datang nyebur kolam. Begitulah setiap pagi dini tingkah si hitam, sampai
beberapa hari ikan kami habis dan aku nangis. Ibu suka bilang padaku bahwa
kehilangan itu biasa. Sampai aku kehilangan dirimu dulu, rasanya ucapan ibu
benar.
Cuma saja, bagiku, setiap soalan tak mudah dilupakan
benar. Aku jadi ingat, tiap sutradara
biasanya punya scene “dibuang sayang” dalam filmnya, scene yang berisi
adegan-adegan salah. Bukankah hidup kita merupakan parade memungut kesalahan?
Sedang menulis surat padamu seperti sekarang ini, sayang, ialah caraku
menghargai hal-hal yang begitu.
Omong-omong soal tadi, kegiatanmu sebagai istri, sungguh itu
pasti menyenangkan. Tanpa maksud menakut-nakuti, apa kamu memperhatikan bahwa
tiap suami istri biasanya tampak begitu sayang cuma di tahun-tahun awal? Aha !
haha jangan khawatir, sesuatu yang tampak seringkali tak benar begitu-benar
begitu.
Sedang aku sendiri, besok itu, akan jadi bagaimana juga
kurang tahu. Hidupku seperti siluman, suka menjelma jadi apa saja. Kalau aku
menulis satu surat pada kekasih, jangan-jangan yang menerima tak cuma satu?
Apalagi suratku ini bagi siapa saja. Huft.. Susah memang, memang susah. Tapi
janganlah khawatir. Kalau aku bilang jangan khawatir, maksudku, jangan banyak
berpikir soal yang tak nampak. Kau suka begitu, kan? ah… aku terlalu tahu
dirimu.
Tadi aku sudah bicara soal bonsai, kolam, dan si hitam
kucing nakal itu, tapi aku belum menulis soal kupu-kupu. Aku tak pernah
sekalipun, memang, ngobrol denganmu soal cita-citaku jadi kupu-kupu. Lebih tepatnya kupu-kupu yang bisa pergi ke bulan. Pernah
kukatakan pada kawanku satu kali soal niatku ini, mereka suka mencibir," Ah. mana bisa.." Banyak dari
mereka bilang bahwa aku tak punya modal sayap dan warna-warna indah. Tapi siapa
sangka kelak aku kuat semadi dan jadi kepompong? Ah… ahaha. Orang mengira aku
ini pelawak, mungkin mereka benar, bisa juga salah.
Sekarang musim panas, bunga-bunga sedang beraga busana dan
bergaun indah-indah. Tapi kemarin hari, hujan datang deras sekali. Yang begini
lucu bagiku, musim yang bermain-main dengan takdir. Seperti nasib kita ini,
sayang. Apa hidup ini terlampau lucu? Aha !
Aku tak mencintaimu
kecuali karena aku mencintaimu;
Aku pergi dari
mencintai ke tak mencintaimu,
Dari menunggu sampai
tak menunggumu
Hatiku menjelma dari
dingin jadi api.
Tahukah kau bahwa Neruda ini juga pelawak? Pelawak yang lucu
karena sajaknya yang lugu, tentu saja. Dan hal-hal yang paradoks, sepertimu,
itu banyak sekali. Di gereja suatu minggu, dalam satu khotbah yang simpatik,
seorang Romo berujar bahwa kita mesti membenci dosa dan mencintai pendosa. Ada
rasa wajar tak wajar mendengarnya, terutama sebab aku langsung memikirkan dirimu
yang suka sekali bicara kejujuran.
Kekasih, rasanya kucukupkan dulu surat ini. Selain sebab aku
tak suka menulis panjang-panjang dan tak pandai mengarang, kau juga tak lagi
datang pada kenyataan yang manapun. Sedang aku sendiri mulai tahu caranya jadi
kupu-kupu, cuma kurang siap jadi kepompong, apalagi pergi ke bulan. Kekasih, kekasih yang apa, siapa,
dan mana saja... Semoga tak usah kaubaca tulisan ini, sehingga seperti banyak
pesan, akan menguap begitu saja ! haha…
2013