Aku dan Kamar

Aku dan Kamar

Sabtu, 25 Mei 2013

Bali, Bali

Bali, Bali


Di Ketapang
Wajahmu bersembunyi di antara dek dan buritan
Gelap malam, ombak tenang,
Dan klakson-klakson kapal


Kau sembunyi dari tadi.
Sengaja sembunyi di antara jalan-jalan
Sepanjang Gresik, Pasuruan, Banyuwangi


Aku telah mencarimu di selat Bali
Di sauh-sauh
Yang menambatkan hatimu
Di kabut-kabut dan asap-asap solar
Kira-kira itu kabut atau asap atau
Wajahmu?


Aku cuma, selalu, hanya
Bisa melihat utas-utas rambutmu dari jauh.
Aku malu, takut
Sebab kau anak langit
Cantik mirip bulan
Dan tak terduga persis malam


Di Bali lidahku kelu
Tak bisa bergerak
Mengjangkau-jangkau langkahmu
Yang kadang hilang, kadang ada
Di bibir-bibir pantai sana
Menyaru bersama laut dan Pura dalam gua
Yang cantik tak terkata itu


Lain di Bedugul,
Aku menjumpamu sebagai buah stroberi
Yang kecut-kecut manis
Lagi murah, seperti cinta monyet


Sesekali aku menangkap dua matamu
Tapi segera kabur
Seperti rombongan bis-bis dan gambar-gambar wayang
Brum.. brum.. begitu saja


Di mana lagi aku menemukanmu?
Tak di udeng, tak di terancam dan bunga kecombrang
Tapi sesekali kudengar
Namamu di doa para Pedande
Om Swasytastu..
Om Swatsyastu..


Kau adalah salam,
Pembuka doa,
Sekaligus kepergian tanpa pamit


05212013

Minggu, 12 Mei 2013

Ibu dan Kenangan Kecil Kami


Ibu dan Kenangan Kecil Kami


Waktu umur sepuluh
Kami suka hujan-hujanan
Di bawah
Langit Tuhan


Di deras hujan
Kami teriak-teriak
Ikut bahagia sekaligus bersyukur
Pada gema guntur dan
Halilintar
Yang bagai orkes
Usai musim ketiga itu


Seselesai hujan
Ibu beri kami handuk dan
Seperangkat alat mandi
Selepas mandi,
Kami masih diberi teh
Dan disuruh tidur


Menjelang tidur
Purna hujan langit gelap, ibu nyalakan
Lampu minyak sederhana
Meninabobo kami dengan wayang
Dari tangannya yang
Mulus sebab mencuci saban hari


:
Kidang talun
Panganane mbayung
Mil ketemil mil ketemil
Si kidang mangan lembayung


Kami baru sadar
Sebangun tidur ibu
Makin tua dan keriput,
Ternyata di banyak waktu yang lewat
Cuma cinta ibu yang masih tinggal..


2013

Jumat, 10 Mei 2013

Surat Buat Kekasih dan Anak Bayang-Bayang II


Surat Buat Kekasih dan Anak Bayang-Bayang II


Sejak berbagi kabar jadi begitu penting, aku tak lagi segan menyurat dirimu, meski cuma lewat awan-awan siang yang terus bergerak seperti membentuk sajak tapi tetap diam.


Kekasih, ada keyakinanku begini.. bila kau sudah menikah nanti, kau akan memandang wajah suamimu dengan perasaan paling lega: sebab kau telah jadi perempuan paling beruntung di wajah bumi ini. Di saat kehamilanmu, kau akan tersenyum sambil menyantap roti Marie, disambi menghirup hangat teh dan berita paling pagi. Beberapa perempuan suka baca koran, jangan-jangan kelak kau pun demikian. Sambil membayang-bayang beberapa ruang yang mungkin bisa kaureka-reka, kauperindah, seperti kegemaranmu menyulap rumah.


Apa kau akan memasang anggrek-anggrek bonsai di antara taman? apa akan ada juga kolam ikan di rumahmu? waktu aku kecil, kuberitahu padamu, mbah kakungku almarhum, membuatkanku kolam ikan lengkap dengan ikan koi, mas, dan mujaer. Kalau datang malam, ikan-ikan kami sembunyi di karang-karang: berjuang, berjaga-jaga, siapa tahu si hitam- kucing nakal itu, datang nyebur kolam. Begitulah setiap pagi dini tingkah si hitam, sampai beberapa hari ikan kami habis dan aku nangis. Ibu suka bilang padaku bahwa kehilangan itu biasa. Sampai aku kehilangan dirimu dulu, rasanya ucapan ibu benar.


Cuma saja, bagiku, setiap soalan tak mudah dilupakan benar.  Aku jadi ingat, tiap sutradara biasanya punya scene “dibuang sayang” dalam filmnya, scene yang berisi adegan-adegan salah. Bukankah hidup kita merupakan parade memungut kesalahan? Sedang menulis surat padamu seperti sekarang ini, sayang, ialah caraku menghargai hal-hal yang begitu.


Omong-omong soal tadi, kegiatanmu sebagai istri, sungguh itu pasti menyenangkan. Tanpa maksud menakut-nakuti, apa kamu memperhatikan bahwa tiap suami istri biasanya tampak begitu sayang cuma di tahun-tahun awal? Aha ! haha jangan khawatir, sesuatu yang tampak seringkali tak benar begitu-benar begitu.


Sedang aku sendiri, besok itu, akan jadi bagaimana juga kurang tahu. Hidupku seperti siluman, suka menjelma jadi apa saja. Kalau aku menulis satu surat pada kekasih, jangan-jangan yang menerima tak cuma satu? Apalagi suratku ini bagi siapa saja. Huft.. Susah memang, memang susah. Tapi janganlah khawatir. Kalau aku bilang jangan khawatir, maksudku, jangan banyak berpikir soal yang tak nampak. Kau suka begitu, kan? ah… aku terlalu tahu dirimu. 


Tadi aku sudah bicara soal bonsai, kolam, dan si hitam kucing nakal itu, tapi aku belum menulis soal kupu-kupu. Aku tak pernah sekalipun, memang, ngobrol denganmu soal cita-citaku jadi kupu-kupu. Lebih tepatnya kupu-kupu yang bisa pergi ke bulan. Pernah kukatakan pada kawanku satu kali soal niatku ini, mereka suka mencibir," Ah. mana bisa.." Banyak dari mereka bilang bahwa aku tak punya modal sayap dan warna-warna indah. Tapi siapa sangka kelak aku kuat semadi dan jadi kepompong? Ah… ahaha. Orang mengira aku ini pelawak, mungkin mereka benar, bisa juga salah.


Sekarang musim panas, bunga-bunga sedang beraga busana dan bergaun indah-indah. Tapi kemarin hari, hujan datang deras sekali. Yang begini lucu bagiku, musim yang bermain-main dengan takdir. Seperti nasib kita ini, sayang. Apa hidup ini terlampau lucu? Aha !
Aku tak mencintaimu kecuali karena aku mencintaimu;
Aku pergi dari mencintai ke tak mencintaimu,
Dari menunggu sampai tak menunggumu
Hatiku menjelma dari dingin jadi api.
Tahukah kau bahwa Neruda ini juga pelawak? Pelawak yang lucu karena sajaknya yang lugu, tentu saja. Dan hal-hal yang paradoks, sepertimu, itu banyak sekali. Di gereja suatu minggu, dalam satu khotbah yang simpatik, seorang Romo berujar bahwa kita mesti membenci dosa dan mencintai pendosa. Ada rasa wajar tak wajar mendengarnya, terutama sebab aku langsung memikirkan dirimu yang suka sekali bicara kejujuran.


Kekasih, rasanya kucukupkan dulu surat ini. Selain sebab aku tak suka menulis panjang-panjang dan tak pandai mengarang, kau juga tak lagi datang pada kenyataan yang manapun. Sedang aku sendiri mulai tahu caranya jadi kupu-kupu, cuma kurang siap jadi kepompong, apalagi pergi ke bulan. Kekasih, kekasih yang apa, siapa, dan mana saja... Semoga tak usah kaubaca tulisan ini, sehingga seperti banyak pesan, akan menguap begitu saja ! haha…


2013