Surat Kepada Diri
Brookline, March 30th 2015
hai diri, halo lagi. semoga kabarmu baik, sehat, dan tetap
sentausa. seperti tahun-tahun biasanya, tulisanlah yang akan membuat kita makin
kenal. maka jangan bosanlah kamu. juga jangan marah, hehe. sebab barangkali aku
akan menilaimu dengan kedalaman tertentu serta terkesan menghakimi, tapi oh,
semoga tak jeru-jeru amat.
menurutku kamu ini orang yang begini. kamu jenis orang yang ketika
selesai hujan meminta Tuhan mengulangnya dari awal. kamu bisa sedih hanya
dengan tidak sengaja lihat starting line-up timnas jerman di berita koran. kenangan
buruk terpacak di situ tapi kamu pandai meleramkan diri sendiri. kamu pandai
berkelit dari kepedihan. menjadikannya sesuatu yang lumrah, tapi tak kapok. oh,
itu kamu sekali.
kamu selalu menyukai malam, karena di sana hari mulai
beringsut. pelbagai jelajah nasib pagi-siang-sore akan segera rampung. malam
adalah ibu kedua bagi pikiran kusut, sebab itulah kamu merasa dekat. aku tak
begitu mahir menduga kenapa kamu terus saja mengutuki pacar lamamu itu, tapi
tentu.. aku selalu ingat puisi tak jadimu yang sungguh picisan dan penuh rengekan
wagu. Ingat?
begitulah kukira kau
paham rasanya sakit hati
seperti ada ruang di
hati kita yang sesak
yang tertahan
sekaligus tertutup
ada marah yang tak
nemu jalan keluar
ingatan itu hadir
terus, nempel seperti lintah dan aku belum nemu tembakau
yang kira-kira
membebaskan aku dari itu
matamu kiri dan kanan
adalah siang dan malam
bibirmu atas dan bawah
terdiri dari panah
dan buruan yang tak
kena
seluput itulah. dan
aku begitu
lama berkitar pada
perburuan ini
suatu saat kamu lelah dengan kerja dan kelas hari selasa,
kamu ambil bir dingin dan hampir menangis. di kotamu sedang banyak berita
buruk, dan mantanmu sudah bersama laki-laki lain, kamu memang sudah
melupakannya, kamu melupakannya sedingin bir itu. tapi aku tahu kamu, kamu
kadang adalah pendendam yang malang. kamu menangis. kamu merasa kecil dan
gagal. kamu merasa perjuangan hidup jauh adalah laku sia-sia. kamu perlu
meditasi tapi kamu sok tegar, kamu sombong. tapi kamu, diriku, adalah bagian
dari aku yang lain. kamu tahu beberapa kebohongan pada cerita lamamu adalah
langgam lawas yang diulang, tapi kamu bersikeras memaafkannya, mewajarkannya,
menolerirnya. pendek kata, kamu lemah selemah lemah orang !
kamu tahu ada saatnya diam dan menganggap semua hal yang
terjadi di sekitarmu baik-baik saja, tapi kamu tahu juga kalau kamu punya
pilihan untuk peduli. kamu tahu kamu punya pilihan untuk berempati dan
bersedih. kamu setuju perasaan yang melankoli melemahkan jiwamu, tapi kamu
sendiri telah sejak awal setuju dilemahkan.
kamu berkawan sengit dengan tiga bulan. november, agustus, dan januari. kamu berkawan dekat sebelum begitu antipati pada bulan-bulan tadi.
bulan yang manis, seperti semua bulan yang pernah datang kepadamu. kemudian september datang. dia begitu asing, lekat namun berjarak, lantas januari yang lain mengisi jarak itu dengan
khalis dan begitu rapat. hih.. sambil terkesima, kamu mencatat kata-kata
dosenmu dengan huruf besar semua, “MELUPAKAN DENGAN BAIK ADALAH MENGINGAT
DENGAN BAIK.” apa-apaan, tapi akhirnya kamu sepakat belaka bahwa perlu usaha
yang sama kuat antara forgetting well
dan remembering well.
hai bulan-bulan
brengsek yang manis sekali, kalian boleh berkali-kali pergi tapi tak boleh sekalipun
pulang.
aiiih diri, kamu setuju pada Blaise Pascal bahwa manungsa
adalah makhluk yang terperangkap pada hari ini, selebihnya dulu-dulu dan
besoklah yang kita lakulampahkan
saban saat. maka inilah kenapa aku menyuratimu, semata supaya kamu bisa piknik
sejenak dari kenangan yang merongrong atau hari besok yang selalu mencemaskan.
semata supaya syukur pada Gusti sajalah yang mampir di benakmu ini hari. hari
dimana 23 tahun yang lalu bapak ibu begitu tunggu-tunggu.
makin lama, makin paham kamu bahwa selalu ada cara untuk
merayakan kegagalan. yaitu menikmati late
dan biskuit sambil mendengarkan petikan-petikan gitar Jubing. di india,
Sario Brierly pernah hilang waktu umur lima tahun, berpisah dari ibu dan
kakaknya selama lebih dari tiga dekade. selama itu pula ikatan di antara mereka
tak pernah surut.
fragmen manis tak
pernah bicara hal yang ndakik-ndakik.
bapak ibu yang cemerlang, adik-adik yang cergas, kawan yang
kompak dan selalu menyelamatkanmu dari rasa jemu, kota yang dingin tapi ramah,
masalah-masalah yang tak pernah sepi, bulan-bulan yang meluaskan bathinmu,
semuanya adalah hal-hal yang selalu ramai berkeliling di benak pikir sampai
palung jiwamu itu.
sebagai penutup dariku: nikmatilah hari ini, diri, boloslah
kelas pagi hari senin dan lihat betapa di bukit sekolahan matahari terbit
begitu cantik. aku dan niko membikin buatmu video klip yang tentu kamu harus
tonton, tidak usah terkejut kalau bagus, toh nanti akan kamu setel berulang
sebelum setelahnya kembali bosan. ahahaha..
Beers and cheers! bahagia
dan bahagialah kamu,
Hosea Hatmaji