Aku dan Kamar

Aku dan Kamar

Selasa, 05 Mei 2020

Mas Didi Bagiku Ora Bisa Diukur dari Market dan Fenomena Riuh Jelang Hidupnya yang Telah Brazil Menjangkau Banyak Fihak, Meski Buat Modern People Hanya Itu Barometernya.

Mas Didi Bagiku Ora Bisa Diukur dari Market dan Fenomena Riuh Jelang Hidupnya yang Telah Brazil Menjangkau Banyak Fihak, Meski Buat Modern People Hanya Itu Barometernya.


Buatku kebesaran Mas Didi jauh dari riuhnya panggung. Kebesarannya bukan efek atas pencarian terhadap market yang sengaja ia ingin ciptakan. Di mataku justru Mas Didi tak pernah (atau jaranglah, kuyakini begitu) mencari, tapi ia mendapat banyak. Ia mencipta lirik di masa produktifnya bisa lebih dari sekali sehari, dan lumrah saja ketika ia harus bersanding di samping Pak2 The Beatles atau Pak2 The Bee Gees.
Mas Didi tak perlu sobat ambyar atau sadboys untuk sugih, meski kehadiran banyak anak muda membahagiakan hatinya. Promotor2 memburunya dengan lampu2 gemerlap, tapi Mas Didi telah muksa bahkan dari zaman DVD jalan mataraman mengapitulasi kepala banyak orang di kampoeng2.


Kebesaran Mas Didi jelang wafatnya hanyalah ekses dari media yang berubah, internet yang makin gampang dijangkau sekaligus susah dibendung dan angel dikandani, dan surungan berupa musik2 panggung kecil yang membawa lagu-lagunya tanpa dia mengharap semuanya kembali. Dialah Dionisius Prasetyo yang laku hidupnya bisa dijadikan pedoman (buatku deh ora ngerti buatmu) 


Jika ada musisi yang tulus menyipta banyak musik bagus dan jarang dapat eksposure karena baginya mengarang lagu adalah seluruh hidupnya, maka itulah Mas Didi yang tak pernah kusebut Lord.


Mas Didi yang selalu kukasihi jauh di lubuk hati, bersama banyak musisi kekagumanku lain yang telah tilar dunya, berkumpullah kakak-kakak dalam orkes yang gemilang. Bergembiralah Mas Didi dan doakan aku dari sana, nanti aku pun begitu sebaliknya mendoakanmu ya Mas 💐


Eonia i Mnimi Mas Didi,
Kekallah Kenanganmu

Yk
05052020