Aku dan Kamar

Aku dan Kamar

Sabtu, 28 November 2015

Pagi Setelah Marah

Pagi Setelah Marah


minggu menyembunyikan angin
pada sisisisi belikat,
dan membisikkan padamu sebuah tempat
di mana bulan-bulan tak bisa menjamah
apalagi puisi yang belum sampai ke matamu, sebelum kauresapkan dalam hatimu yang cepat saja berlalu.


bukankah, jembatan panjang berwarna hijau pupus dalam kartu pos itu terkesan seperti rombeng?
katamu membuatku tercekat. aku ingin lompat ke hari di mana kau masih bisa kubikin geli dengan canda selucu parit kecil. parit yang menyimpan endapan kuah rendang yang langsung membuat isi perutmu kocak.


begitulah cinta ini, sayang. aku menyimpan cemburu dalam diam. meletakkannya di saku baju saja, supaya kau rogoh nanti malam. di dalam situ. di dalam situ. di lampu-lampu. di lampu-lampu.
cukup indah? kalau belum cukup indah biar kukerik bagian tubuh yang lain. punggung yang akan kuloreng macan. cuma supaya angin keluar, dan cinta yang kita damba mengisi kosong ruang ini lagi.


hahaha.. puisi. aku mesti ketawa
atau tidak pada puisi. pada pulisi. pada puisi,



2015


Jumat, 27 November 2015

Novembre 2

Novembre 2


untuk tahun kesekian aku menjumpamu dalam sajak. sajak cekak yang menekak, aih, rima barusan memang keterlaluan. tapi ketahuilah, sungguh, hanya lewat remah kata-kata bisa kuselipkan padamu kangen jumpa. rindu panjang yang sudah susah payah kutabung sejak kita mengucapkan salam pisah. salam pisah yang tak kita ingin meski empat puluh sekian bulan mengetuk-ngetuk minta jumlahnya jangan dilebih-lebihkan.


"biarlah gempa di bathinku mencari ujungnya, Novembre."
kata seseorang pada sebuah mimpi yang cemerlang. dan kita berciuman tak terbuai meski macet begitu jemu pada sisi-sisi kelok kali Frankfurt. tempat yang belum kunjung kusinggahi kecuali dalam cerita yang sering kukarang-karang sendiri. dalam gumam, tentu. kita berciuman di situ. dalam sebuah keroncong kemayoran. bukan blues, bukan. sebab sudah begitu banyak kita rapikan yang tidak pernah terucap.


seperti, contohnya, (selamat ulang tahun)



Studio Batu
11282015


 

Novembre

Novembre


beginilah maksudnya, kau berkecamuk dalam kepalaku
di musim hujan ketika
kambium dalam pohon tua
menyembunyikan umur,


juga kalang kabut paris.
duc in altum.
dosa-dosa kecewa
pun
dirimu pada satu ketika
yang cemas.
( yang salah musim )


biarlah kemudian
kucerita ihwal
cintamu,


yang masih saja panas
dan jarak yang tergesa.


rasanya tepat
melindungi tubuh dari dingin
dan jiwa kesepian
mengenang kau


sedang, meski, kendati
walau, demikianlah-


air takkan berhenti turun
lima menit ke depan
mungkin sejam nanti
dan kau akan berjejal
menjelma


kreta sungsang yang beringsut.



11172015

Dari Studio Batu

Dari Studio Batu


Halo.


kepadamu, biar kuceritakan sanctuary ini dalam komposisi:
mimpi kanak-kanak, omong kosong, doa, serta marah seperlunya. di mata wulang sering kulihat gowongan. Terowongan gelap dan membingungkan. kita pernah di sana, kita sering ke sana. bertandang berkunjung berbagi jam lima sebelum kotabaru membuka liturginya.


dari studio batu pula, kami mendengarkan lagu melly dan mengenang mendung di luar sebagai dunia keras yang barusan takluk. kemudian seni, ia adalah sekian kemungkinan yang baru saja ngendap macam air comberan. seperti kata cinta yang mustahil dapat bahasa atau nylempit dalam lembaran kamus murah meriah. kukira kamu tahu sekali.


sedang sebentar malam datang dengan nama-nama penerbitan, mancing cari penggawean, dan kajon pejalan kulit putih yang kemungkinan besar tak begitu menjajah.
satu lagi, bir dingin yang kepalang larang.


kami menukar duit pada tiap lekuk jalan sosrowijayan yang mulai kami akrabi, lalu kucerita begini padamu lewat matahati. di antara itu orang-orang mengabarkan jokja lewat media sosial, dengan pengikut tanggung dan gambar telur. inilah kotakota di mana bata batu tumbuh serupa nganga mulut bapa tua rajatega.


o di lain tempat.. di kantor-kantor besar rasuna said atawa tower-tower penggerus air, tommy mengintip rok supervisor bulat pepaya yang tabu bicara senggama. jakarta sekeras-kerasnya.


sebelum sebentar the adams akan konser di gawai kami yang malang, kau yang kuceritakan masih belum juga ketemu muka. puisi ini hampir jadi, tunggu sebaris lagi.


(okelah)
rindu seperti memang perlu
berjalan bak tiktik jam dan dengus papipapi.


halo. masih di sana? Novemberku?


2015


Studio Batu kami