Aku dan Kamar

Aku dan Kamar

Minggu, 19 April 2015

Fragmen Sebelum Gelap

Fragmen Sebelum Gelap


Telah kutulis
sepuluh biji puisi
dalam satu sore.


belum juga habis
remah-remah kue
yang sisa dari dapur
bernama kenangan itu


kepul asap rebusan panci
dari cerita-cerita yang didaur
dalam kepala


biru jingga di pojokan situ.
senjakala.
sauh telah dilempar dan camar-camar
berangkat ke entah


di tiap pengkolan
ujung jalan
dan persipangan
orangorang menyebut rindu
dari narasi yang terdalam


gelaplah malam tanpa bintang
atau cahaya kunang.
lantas mereka masuk rumah
tetap dengan tanda tanya
di kepala



2015



Lua Di Matamu

Lua Di Matamu


“ but me I am not a gamble,
you can count on me to split. “- Bright Eyes


Oh ya
betul belakalah
lagu tadi


dari minggu ke minggu lagi
kering daun juga basah
cabang pohonan


ranting patah
sebuah lompat tupai marah
menghindar sengat ular juga sore sialan


deru truk di antara benam siluet
si pejalan gelap berurai air mata
mencurahkan pelan isi segala pikirnya
(patoklah aku
patoklah aku
jika itu membuatmu kenyang)


hingga tiba juga malam
hingar bar dan lagu-lagu syahdu


dan ia tetap di situ



2015-04-03



Maghrib di Sekitar Chelsea, MA

Biara Kita

Biara Kita


kita semua adalah
petapa di biara bernama
diri dan jiwa


aku masuk ke sana
dengan doa pendek.
ya tuhan semoga dia
makin cinta saja
pada segala nasib
dan kelumpangan yang semakin
luang di jalan besar antara bathin ini
dan bathinnya


lantas
aku masuk ke sana keduakali
dengan khidmat khusyuk dan kesungguhan.
ya tuhan semoga dia selalu
diberi kesungguhan
untuk tak payah berjalan di hutan gelap


lantaran di tiap sudut hidup
cuma ada maki tak kenal
maka kita semua adalah petapa
di biara bernama
sunyi dan kepal kangen
paling sunyata



2015-04-03



Di Musim Semi

Di Musim Semi


angan-angan itu bernasib sial
terdampar di antara pesan panjang
yang lama sekali dapat balasan.


masih keras pile of snow di luar.


tumpukan mereka
seperti keguguran yang pedih
yang kita biarkan mengendap di situ saja
bersama kisah sayang yang tak jadi


kutunggu segalanya mekar.
bisik burung pelikan
yang terbang rendah di samping
tubuh kita ini: danau yang luas sekali


mawar.mawar.


biar rindu ini kusimpan sendiri
dalam kemas gemas
sajak cinta yang rancu
dengan makna
yang kabur sejak awal dituliskan


Brookline,

2015-04-03




Percakapan

Percakapan


mungkinkah kita
akan beranak pinak
(melihat matamu sekarang)
mengajar ilmu dan segala
batas baik buruk kepada
kanak-kanak yang berlari
di antara larik kalimat, tatanan anggrek,
bait sajak dan ruang rumah
(mungkin saja) dengan nakal sekali


mama akan terus menerus
bertanya menyangka.
menyigi pesan-pesan kita
yang menyepi dari dunia
yang (sialnya) sudah kita pudarkan
perlahan pelan


tak perlulah (kupikir)
merajah ingatan hanya untuk
mengekalkan penyelamatan
penyelamatan biasa di musim panas.
ketika jiwamu begitu buruk
dan akulah rumah sakit,
atau sebaliknya


peranglah kita, dear you.
bersembunyi di antara
dentum mesiu
dan meneriak “senorita.. senorita !
watch your step out !“
meski kau tak pernah mendengar


tenggelam dalam
kesibukan yang kita
sepakat menamainya
rahasia masing-masing



Brookline, 2015

Saban Sabtu Datang

 Saban Sabtu Datang


kita akan mendongak
memejam minta hujan
tuhan. tuhan
bisakah kusimpan
wajahmu dalam daun yang
akan kusimpan dalam saku
sebagai tanda cinta dan keberuntungan


oh. kasihku
jangan kering rindumu
meski ini kemarau


lihatlah baliho-baliho
paling tak jitu
sepanjang bugisan situ
mereka menyediakan pada kita
kenangkenang
yang meriah,


sebelum
kerlap lampu itu sampai
juga pada wajahmu
mengucap salam
singkat dan terbata dari
batas yang jauh


Saban Sabtu Datang
tersudutlah kita
dalam doa-doa
vesperus yang panjang



2015


Satu Malam di Tepian Code

Jumat, 03 April 2015

Bingo !

Bingo !


semua hari adalah minggu
kita mensyukuri tatu demi tatu
di sekitar dada yang
tak pernah lapang,
seperti katamu


jangankan rindu
bila kaumau
segala dendam,
dan penerimaan pun
boleh menjelma jadi koor-koor khusyuk
di kupingmu
bergema serupa khotbah
minggu yang paripurna


oh.


“adakah cinta yang lebih
tulus dari perjamuan..“


kunanti kau di ujung goddard
yang melengkung.
biarlah kaukusunting
dalam mimpi malam
yang kunantikan


Brookline

2015-04-03


Fifa Di Akhir Pekan

Fifa Di Akhir Pekan


jumat lagi.


dingin menjalar
dan setiap genang
mencair pada ruasruas brighton


rel-rel yang
menampakkan
bayangbayang alis tebalmu
seakan mengarak deru umpat asu
gol juga rindu padamu
di temaram rintik salju


oh gusti,
hangatkan kami dalam
tangkas tangan
sepakbola dan gugah kemenangan
yang seadanya


Brookline,

2015-04-03


Rumah, Dapur, Ibu, Dirimu, dan Sebagainya

Rumah, Dapur, Ibu, Dirimu, dan Sebagainya


yang paling kurindukan
dari rumah
adalah suara talang dan
kucur air


kungkong kodok
tujuh kali pekik tokek
dan segenap kekudusan
yang menyeruak
dari masakan ibu


harum tumis
dari srengsreng wajan
segera memeriahkan
hari dan jam makan
menjadi pesta bagi tiap kami


rumah dan dapur ibu,
sebagaimana dirimu,
merupakan rindu
yang paling indah


ah.


derit pintu dan terik siang
kanak-kanak berkejaran
butir neker tangkas meluncur
dari ali dan lainnya


dan kau terus saja menggenggam
segenap bathinku.
tak melepaskannya.
begitu kantuk sampai tiba ashar


ah.


bibirmu masih manis saja



Brookline, 2015