bapak, seperti kau tahu
perlu kauikuti setiap waktu
gerik-geriknya dari susah
ke susah lain
ceritanya dari jatuh
ke jatuh lain
tentu juga cintanya yang
pada tuhan itu, pada ibu kami itu.
bapakku, ia penangkap waktu
menangkap zaman seperti kupu-kupu
memberikannya pada kami
liwat cerita dan kisah-kisah lalu.
kisah soal kemiskinan, misalnya.
semua orang miskin, kau tahu.
tapi semua orang juga kaya.
kau boleh jadi kaya
sebab cerita dan pikiranmu tak habis
tujuh turunan
kau boleh jadi miskin,
miskin rindu, lengang, dan banyak uang.
tapi kebahagiaan, begitu bapakku bilang
adalah keluarga dan
cinta-cinta di sekitarnya
maka di tahun yang kian tambah
kuberi satu puisi lagi baginya
abjad-abjad hangat di kertas kering. kau tahu
puisi seorang nahkoda,
bagi gubuk kecil dan
lagu hujan di atap kamar.
puisi seorang nahkoda,
di doa khusyuk
yang tak pernah
sia-sia.
Selamat !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar