Progo
Tiap jelang malam
Jam lima tepat
Kereta Progo dan
gerbong-gerbong rindunya
Siap menghantar kepergian siapapun ke Jakarta
Bagi yang miskin dan kurang uang
Kepergian selalu berarti lebih.
Bukan sebab perpisahan yang terus menerus meminta air mata,
Tapi sebab perjuangan selalu erat dengan pergi jauh dan
keringat lebat
Seperti Jakarta, sayang. Jam lima menyimpan sepi yang dalam,
bagi sanak-sanak perantau malam
Mereka gamang menanti jam paling khusyuk sepanjang hari-
maghrib itu sendiri
Sebagian dari mereka
Berjuang juga bagi cinta dan jarak,
Menyebrang jembatan rindu yang panjang
Sebagian juga
Menyiapkan sekarton oleh-oleh remah nan gemah
bagi istri dan anak,
Demi bubur dan beras merah
Dengar-dengar Jakarta ialah kota bukan sulap bukan sihir,
Suka mengubah keringat jadi emas
Mengarak harapan jadi suatu realitas
Ego, esi, avtos, avti. Aku, kau, dia, dan siapapun
Mesti sesekali bersama mereka
Ke Jakarta dengan kereta Progo
Melafal doa, mendoakan senja yang segera hilang, dan nasib
yang tak lepas malang
Stasiun demi stasiun
Sampai kembali ke tanah lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar