Di Ketapang
Wajahmu bersembunyi di antara dek dan buritan
Gelap malam, ombak tenang,
Dan klakson-klakson kapal
Kau sembunyi dari tadi.
Sengaja sembunyi di antara jalan-jalan
Sepanjang Gresik, Pasuruan, Banyuwangi
Aku telah mencarimu di selat Bali
Di sauh-sauh
Yang menambatkan hatimu
Di kabut-kabut dan asap-asap solar
Kira-kira itu kabut atau asap atau
Wajahmu?
Aku cuma, selalu, hanya
Bisa melihat utas-utas rambutmu dari jauh.
Aku malu, takut
Sebab kau anak langit
Cantik mirip bulan
Dan tak terduga persis malam
Di Bali lidahku kelu
Tak bisa bergerak
Mengjangkau-jangkau langkahmu
Yang kadang hilang, kadang ada
Di bibir-bibir pantai sana
Menyaru bersama laut dan Pura dalam gua
Yang cantik tak terkata itu
Lain di Bedugul,
Aku menjumpamu sebagai buah stroberi
Yang kecut-kecut manis
Lagi murah, seperti cinta monyet
Sesekali aku menangkap dua matamu
Tapi segera kabur
Seperti rombongan bis-bis dan gambar-gambar wayang
Brum.. brum.. begitu saja
Di mana lagi aku menemukanmu?
Tak di udeng, tak di terancam dan bunga kecombrang
Tapi sesekali kudengar
Namamu di doa para Pedande
Om Swasytastu..
Om Swatsyastu..
Kau adalah salam,
Pembuka doa,
Sekaligus kepergian tanpa pamit
05212013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar