Aku dan Kamar

Aku dan Kamar

Minggu, 20 September 2015

Why Conor, Just So You Know.

Why Conor, Just So You Know.


Aku bisa mudah saja merasakan ekstase semacam orgasme pertama ketika membaca tulisan dengan grade sangat bagus.


Hmm.. Bukan sayang, bukan, dugaanmu meleset. Kurang tepat.


Bukan Norwegian Wood yang menjadi titik kekomplitan Murakami dalam menulis cerita itu, bukan juga Marquez atau Neruda atau Galeano yang somehow beautifully sad. Bukan Dostoyevsky atau Kafka atau Aquinas yg cenderung spiritual. Namun Conor Oberst, the man himself.. yang sering-sering membikin aku merasakan hal subtil begitu. Barangkali tak patut membandingkan penulis-penulis filsafati yang deeper than the ocean dengan vokalis band. Tapi dia, menurutku, adalah penyair cum filsuf par excellence yang mendaku sebagai cah band.


Dunia adil sekali.. orang hebat bisa kaukenal lewat apa saja. Dari mana saja dan kesempatan sesempit apapun. Tidak banyak yang tahu Conor Oberst di Amerika, apalagi di Indonesia. Aku dengar music Conor dan bandnya Bright Eyes pertama kali adalah First Day of My Life pada sebuah semenit iklan youtube yang tidak bisa diskip. Dan ini bukan usaha untuk menjadi artsy atau edgy atau pun mencuci otak agar kau suka karya-karyanya, sayang. Tidak sama sekali. Kau tak perlu suka dia setelah membaca tulisanku, tapi mungkin kau cuma perlu tahu bahwa ada orang seperti Conor. Orang yang kehadirannya secara khusus bisa mujarab menolongmu dari kemurungan. Conor adalah landasan pacu yang baik untuk landing bagi setiap hubungan yang tak mulus. Kredonya adalah what so easy in the evening by the morning such a drag ! Ternyata di dunia ini yang namanya cinta-cintaan hanyalah urusan esok dele sore tempe. Lagunya, Lua, banyak menenangkanku, bahwa ternyata oiyaya mudah sekali kehilangan itu. Kita akan menjumpa kehilangan dimanapun, sebab diri ini-manusia ada batasnya, kita akan menjadi bagian dari kehilangan juga pada satu ketika. Sebab itulah kita merasa sedih tiap nemu kepergian-perpisahan, bahkan perjumpaan pun sebaiknya perlu kita khawatirkan sekali-sekali. Dan masalah itu menggelombang tanpa kita mohon. And I'm not sure what the trouble was that started all of this, the reasons all have run away but the feeling never did. Begitulah postulat Conor lewat Lua nya yang indah dan semi-gelap.. ah


( Dia justru menciptakannya dari apartemen kawannya di tengah-tengah Manhattan yang tumpah ruah manusianya. Lagu sehening dan sekhidmat itu justru tegak serupa gereja gotik yang gigantik di bathin yang sedang kebanjiran )


Entah juga dengan model channeling apa dia bisa menggarap lagu Laura Laurent dan menyanyikannya di Boston House of Blues dengan bola mata sampai menghilang, tinggal mata putih dan suara parau melengking dan lebih kedengaran seperti tangis. La laa la laa la la.. aksi begitu, kau tahu, akan membikin penonton ikutan trance terhenyak tenggelam dalam lirik you were the saddest song in the shape of a woman. Hahahaduh.


" He looks Happier than ever, Niko," aku mengatakan apa yang kulihat pada kawan seperkonseran. " He did drugs and stuff.." seorang mbak berambut ombre menyamber memberi info tanpa diminta. " Not anymore though.." dia menambahkan seakan-akan memberi penegasan bahwa ia adalah penonton konser yang datang dengan pengetahuan tertentu tentang Mr. Oberst. Belakangan aku tahu dia khusus hadir dari New York, dia merasa terselamatkan dari pikiran hendak bunuh diri lewat lagu Conor Common Knowledge. Lagu yang video klipnya dibikin oleh kawan dekat Conor, David Altobelli, dengan mode hitam putih yang sedikit kejam.


Ketika seseorang pada masa laluku, bisa juga adalah dirimu yang sedang membaca ini, meminta saran lagu untuk didengarkan pada detik kau membaca ini, Coyote Song akan cocok kau dengarkan sambil kaupandang itu batako jalanan kotamu dari jendela atas apartemen kecilmu. Frankfurt? Jamaica? lagu ini akan mengingatkanmu pada paradoks-paradoks tentang jarak. barangkali hari ini brengsek sekali bagimu, sebentar lagi sore; mendung betah menetap daritadi; untung barusan saja hujan reda. pelangi belum tiba. masih ada genangan-genangan kecil di setapak sana. Jerman adalah negeri yang dingin. Amerika adalah sekumpulan kota bebas yang kadang tak tahu diuntung. " Loving you is easy, I can do it in my dream.." katanya.. mimpi adalah jalan pintas paling menyenangkan.


Conor Conor ! ! ! one more song pleaseeeee... tapi dia tetap melenggang pergi, masih banyak konser yang harus dia hadiri. di setiap jiwa rebel yang pilu. haha..


Ada sekitar seratus dua puluh sekian lagu termasuk Time Forgot dan Lime Tree yang belum kuceritakan, padamu. Akan kuceritakan lagu-lagu aduhai lain dari dia di lain waktu. Kini kau bisa tenggelam di karya-karya Conor sendirian dulu.


Begitulah, kuceritakan sedikit saja tentang dia padamu. Supaya kamu tahu.


Sept, 2015








Last Concert I attended in Boston


Tidak ada komentar:

Posting Komentar