Aku dan Kamar

Aku dan Kamar

Senin, 27 November 2017

Ode to One Escapade

Ode To One Escapade


Ketika kamu membaca ini, percayalah bahwa ini adalah maghrib paling ungu dalam jiwaku. Aku memutuskan menulis ini di antara hari mendung yang saling tarik menarik antara pikiran satu dan pikiran yang lain, di antara marilah mendirikan sholat dan wajah lelah bapa-bapa pengayuh beca. Ada hujan yang tertahan, ada pawai yang enggan berjalan, ada yang muram di wajah pawang hujan yang hampir menyerah.


Turis-turis yang belum menikah itu akan menikmati kawin berulang sampai subuh, sampai adzan itu datang lagi. Begitu sublim. Merebus telur setengah matang, kopi susu, kratingdaeng. Dua botol bir. Tuhan memanggil dan mereka bergeming. Mungkin sambil membayangkan wajah-wajah asing. Sosrowijayan adalah kota yang lain. Yang memangkas waktu dan menyajikan padamu di sebuah gourmet atelier. Bud Light lime lengkap dengan berry fruits, cheese, and crackers.


Gambaran persis seperti ini yang ingin kubawakan kepadamu supaya kamu mengerti bahwa hidup tidak pernah terdiri dari satu kemungkinan saja. Ada kemungkinan-kemungkinan lain dalam peradaban yang membawa aku kamu kepada aku kamu lain yang terus saja mengantri seperti loket kereta lebaran. Mengular dan payah sambil membayangkan kampung. Lihatlah betapa kota menampung orang-orang dengan banyak pikiran, dan traffic light membagi pemotor-pemotor kepada tujuan yang tidak pernah absolut. Tahun-tahun di belakang, blue savanna dan muntah jam 3 memusingkan diri tentang cinta macam apa yang akan menyukakan bathin. Waktu begitu liat dan berjalan pelan pada detik kamu membaca ini, hatimu akan berdegup tiga kali lebih kencang dari kebiasaan. itulah.


Harga paket kawinan dan bagaimana garden party akan berlangsung penuh gincu dan anggur. Jas putih sulang gelas dan hak yang tinggi-tinggi. Sebenarnya ada parfum murah di situ. Indah, bukan? maka mimpi-mimpi dalam kepalamu itu mesti tahu diri untuk tak sering mengaso pura-pura tenang dan harus pindah sejauh mungkin. Aduhai, kupastikan keindahan itu akan mampir selama-lamanya. Dan aku adalah orang pertama yang akan mengucap amin, "Selamat-selamat.."


aku akan menyalamimu dalam angan-angan sebab itu seribu duaratus tiga lebih baik ketimbang menyatakannya dalam pelbagai bentuk yang memungkinkan. Mungkinkah peradaban literatur yang bagus tercipta hanya untuk memotret pedih secara lebih disiplin? seperti lagu-lagu dengan nots tak beratur dan berkarat. Seperti rajangan daunan perdu hawai yang wahai membikinmu kecolongan. Seperti besi lama kena panas hujan. Melumut dan meranggas. Menjadi hutan belantara yang singup. Demi apapun..


Percayalah bahwa dunia ini seringkali mentok pada ide ketimbang kenyataannya. Ide bahwa seseorang akan mencintaimu sepanjang hayat, ide bahwa semua hal baik-baik saja tergantung dari sudut mana seorang tentara Amerika menaruh posisi terbaik dalam ujung senapannya di belahan Arab yang genting. Sedangkan jauh di rumahnya, istrinya yang hamil menunggu surat, telpon, atau kabar apapun yang menentramkan.


Oh dan Adzan memanggil lagi. Perempuan burka dan anak-anaknya yang riang. One bullet will end the world, will ruin everybody's life.


Benarkah kamu akan membaca ini? seperti di masa lalu ketika seorang menulis surat dan memasukkannya ke dalam toples gelas dan melarungnya di pantai-pantai. Eropa Selatan, Eropa Tengah, Jawa Timur, dunia yang lain. "Hey, ini bukan gallery di Venice yang putih dan fokus, ini adalah sebuah escapade yang blangsat dan kelewatan.."
Kamu bisa saja berdiam di balkon dan membayangkan apapun, tapi kamu memilih menghardik segala pikiran yang mencoba masuk ke sebuah titik olah dalam rasamu. Tapi O, tentu kamu tahu bahwa kamu akan membayangkan bentuk penis justru ketika kau melarang dirimu menampiknya. Sekeras mungkin.


Dalam jarak dan ruang lumpang kamu tahu bahwa aku mencintaimu sedalam itu, mungkin kamu peduli tapi tidak sampai hati. Atau kamu memilih untuk menangkis dan menganggap itu adalah gagasan buruk yang tak pernah hidup di pikiranmu sebab sudah layu dia tak pernah disiram dan kamu harapkan begitu. 


Mungkin kamu salah dan mungkin kamu benar. Mungkin aku salah dan mungkin aku benar.


Bahwa justru kamu punya pikiran yang kebalikan. Aku tidak pernah mencintaimu semengakar itu, dan ini merupakan mantra pertama setelah bangun tidurmu. Setelah malam yang sekali lagi terlewat dalam sekian tahun hidupmu yang curam. Oh my..


Kamu tahu bahwa dalam sebuah kisah kasih aku adalah penjahit yang hebat, penanak nasi paling pulen, tapi bukan pemasak nasi goreng dengan rasa yang konsisten. Susah, bukan? ketika semua bau rindu menguar jauh-jauh keluar dari dimensi-dimensi waktu yang kita tak pernah sepakat untuk memasukinya bersamaan, aku lekas menangkap semuanya ke dalam plastik transparan. Menusuknya dengan tusuk gigi dan mengempiskannya di kelima inderamu, sampai kamu bergidik. Inilah yang orang sebut dengan kangen. Sungguh aku percaya itu.


Mungkin kamu akan pergi sekeras kamu mau tapi satu yang kunasihatkan bahwa janganlah pernah kamu kembali sebab aku adalah ide terbaik tentang cinta yang sempurna di kepalamu, tapi realitas paling buruk yang tidak akan kau alami. Catat sungguh-sungguh


Hhm.. 
sudah gelap dear you, maka selamat malam,


-K

some time in 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar