High Point, dan Apa Saja
seperti pada wajahmu
aku memandang ada sepi yang teramat
dan selalu, tulus yang lamatlamat
demikianlah kota
ini- high point yang mengharukan dan
mahir memberi kejutan
di belahan lain. mungkin diri kita yang makin. runtuh hujan
balok es, orang bicara kiamat. apakah, kau (juga)?
setiap street menyudutkanku pada kemungkinan-kemungkinan.
pada kesaksian. o
cuma kembang
cuma purnama dan batu-batu
budha. di dalam kepala tiap penghuni ruang pamer barangkali ada mantra.
supaya mereka tetap terjaga dan
tiada beranjak gila
pemanggil untung dan perusak bala, aku mengerang:
ibu! telah
ludes dalam jam malam
barang-barang
pesta. sisa-sisa kerja. kayu-kayu mahoni dan laku payu kursi meja desa, yang
mengantarkan harum jepara sampai begitu jauhnya
oh.. kau juga
selain kotakota singgah
ada kau juga yang tak pernah pergi.
menelisik. bertanya kabar
hari ini tak
begitu bagus, kukira keterlaluan. keringat deras yang mengertas itu. raib
(bukankah ada diciptakan sebuah hari yang teramat teruk?)
NY-Boston
2016
Sebuah sore yang permai di High Point |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar