Aku dan Kamar

Aku dan Kamar

Rabu, 03 Februari 2016

Tentang Majalah Time dan Kenapa Aku Menyukai Pertanyaan

Tentang Majalah Time dan Kenapa Aku Menyukai Pertanyaan


Sayangku,


Di Kota yang semuanya sudah serba teratur, di mana banyak kerjaan sudah klaar dan kita cuma perlu menunggu jam 4 rampungan, jam setelah makan siang selalu menyisakan ruang bathin yang seringkali otomatis terisi dengan pertanyaan tentang hidup. Kenapa mesti kita begini? bekerja? di sini? di kota yang jauh? di tempat di mana rindu padamu sering menjadi-jadi tanpa obat? dan kita perlu menunggu musim panas untuk ketemu dan itupun tak tuntas? wah. atau kamu yang lain? yang menyigi bathinku berjalan di situ menabur garam pada luka. O! sorry. Sudah kadung garing.


Pertanyaan, sebagaimana nilai-nilai yang kita percayai, adalah modal untuk menjadi manusia yang "manusia". Plato menyebutnya sebagai tes pada diri, dan Time Magazine memberi ruang di halaman terakhir lewat rubrik "10 Questions".


Di jam 2 siang, ketika Brookline siang sepoi-sepoi dan angin mendesir di atas kolam Jamaica, angsa-angsa kurasa juga akan menikmati hidupnya sebagai angsa. Biasanya aku sudah rampung menyortir pelbagai surat yang masuk untuk kemudian dibagikan ke kotak-kotak pos masyarakat kampus. Dan dari mereka yang telah lulus, kudapatkan Majalah Time gratisan setiap dua minggu. Time, Waktu, Tempo, Kronos, Kala, adalah sebuah ruang lepas yang kita tak pernah hirup dalam-dalam. Sebab kita terlalu banyak menghindar, mungkin. Kita cemas pada ketidakpastian, mungkin. Kita banyak menghakimi dan percaya pada berita jelek, mungkin. Kita terbatas, apalagi.


Perantau adalah urusan label yang lebih keren ketimbang imigran. Namun mereka semua sejatinya adalah pencari, sebagaimana tiap manusia yang bertanya. Sebagai Cina hybrid Jawa yang dibaptis di lingkungan kampung Jawa dan keluarga Jawa, aku menekuri filsafat Jawa dengan pelan-pelan dan seksama, kamu tahu. Aku jatuh cinta dengan rasa, dengan bagaimana hening perlu disertakan menemani logos. Semata supaya kita tidak jatuh dalam lembah keblinger dan keminter. Jumawa dan sombong.


Di dunia barat yang cenderung matre, aku hanyut dan berenang senang. Baru terasa betul ketika pendidikanku selesai dan balik ke dunia friendship lama yang bertabur mimpi dan gilang gemilang sayang teman. Mencari kebaikan, berbagi kemuliaan.


Dalam ulasan sebuah pelajaran Pengenalan Kepada Sosiologi, aku ingat bagaimana dosenku yang bahenol dan cantik rupawan menerangkan perbedaan komunalnya adat timur dan begitu individualnya peradaban barat. Ini dikotomi langsungan, yang tentu sudah melalui penelitian panjang. Namun ketika menilik ke dalam, variabel barat-timur dalam adab jauh lebih banyak dari sekadar individu dan komunal semata. Di Jakarta, banyak orang tak mengenal tetangga kanan kiri, dan Jokja kota hari ini merambah juga jadi demikian sama. Lalu ruang lowong itu muncul lagi.


Kenapa Aku menyukai pertanyaan? sebab aku suka menulis sajak, dan itu bisa datang dari mana saja. Membaca pertanyaan di belakang halaman itu sering menerbitkan ilham menulis puisi yang adalah, bagiku, bentuk puncak dari pengarsipan literatur yang sering menonjok nalar dan begitu menonjolkan rasa dalam racikannya. Keindahan sering kutemu justru dalam ruang lumpang, yang kosong dan kadang tak butuh dimasuki, tapi kita bisa memotretnya diam-diam. Seperti kangen padamu, seperti bathin dan kepercayaan. Seperti La Magica, seperti tempias sinar sore di bawah cagak motel murah di perbatasan El Paso.


Tidak perlu terlalu dekat, tapi cukup dekat. Sebab keindahan memunculkan rasa damai, dan rasa damai menularkan cinta yang tak dibikin-bikin. Di situ kita boleh memolak-malik kata seperti yang kita ingin; beberapa orang bisa sangat kena, haru dan memuji seperti sedang terangsang: kamu kok bisa nulis begitu, tapi beberapa bisa tidak dong sama sekali. Ah..


Aku bercerita begini padamu pada siang Sosrowijayan yang permai, membayangkan Brookline dan kangenku pada East Coast yang sekarang sedang badai. Siang begitu tenang dan percayalah- kalau kamu ada di sini bersamaku menyesap tembakau rajangan dengan saus paling sempurna ini, kamu bisa menangis. Dan memelihara pertanyaan seperti memelihara ingatan adalah hal yang seringkali subtil. Itulah kenapa aku menyukai pertanyaan, supaya kamu tahu. Dan aku ada bahan bercerita, menciptakan ruang kosong yang lain lagi denganmu.


Januari,

2016




Tidak ada komentar:

Posting Komentar