A Pledge of Sosrowijayan
aku mendengus di jalan-jalan, aspal panjang yang riuh oleh
pejalan. pejalan yang menghabiskan peluh dengan bersembunyi dari segala pekik
di rumah jauh. kalau boleh kubilang, kebohongan apa saja yang melelahkanmu tak
akan mungkin membuatku kesah. sebab telah kusaksikan ampas-ampas bathin
manusia, yang bermuka dua dan berjejal dengki. bercecer. kebohongan tentang
hidup hype yang dibikin runyam.
Kendaraan lalu lalang di sepanjang tubuhku. aku tak akan mengutuk ibuku apalagi
matahari. doa-doa akan kubawa dalam diam, dalam ucapan yang nihil. Sehingga
ketika dengus itu makin mendesah menjadi tangis bayi, kau tak akan membayangkan
lagi bagaimana seseorang itu akan hamil. aku adalah jalan dengan umur yang tak
lagi kuhitung, seperti wajah-wajah itu pun, sonder kurekam dalam kemuliaan.
dalam rekaman yang macam-macam. mungkin saja mendung takkan datang di pecinan,
tapi kesedihan tak akan pergi dari situ. kota ini mungkin akan terus tumbuh,
dan aku tak mungkin akan menyalahkanmu. menyalak-nyalak seperti piaraan yang
itam itu. percayalah.
cinta mungkin akan mempertemukan kita lagi, athens. malam
gelap menciptakan bir yang pahit, barangkali burger dengan patty paling
sempurna akan membawa ranjang kepada kita. di sana kita akan menempelkan
nama-nama negara dari dada sampai rongga-rongga yang membuatmu geli itu. lalu
akan kubisikkan satu mantra dalam cerita bacchylides, teriakan yang
menggetirkan cinta-cinta sisyphus. aih. narcissus. akan kutempelkan aku dalam
dirimu, sampai kau mengerang aku, menjadi aku. Sudah angslup dalam sini,
menjadi jalan yang abadi.
08122015
Bersama Wulang Sunu di Sosrowijayan yang lengang dan hujan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar