Aku dan Kamar

Aku dan Kamar

Sabtu, 28 November 2015

Pagi Setelah Marah

Pagi Setelah Marah


minggu menyembunyikan angin
pada sisisisi belikat,
dan membisikkan padamu sebuah tempat
di mana bulan-bulan tak bisa menjamah
apalagi puisi yang belum sampai ke matamu, sebelum kauresapkan dalam hatimu yang cepat saja berlalu.


bukankah, jembatan panjang berwarna hijau pupus dalam kartu pos itu terkesan seperti rombeng?
katamu membuatku tercekat. aku ingin lompat ke hari di mana kau masih bisa kubikin geli dengan canda selucu parit kecil. parit yang menyimpan endapan kuah rendang yang langsung membuat isi perutmu kocak.


begitulah cinta ini, sayang. aku menyimpan cemburu dalam diam. meletakkannya di saku baju saja, supaya kau rogoh nanti malam. di dalam situ. di dalam situ. di lampu-lampu. di lampu-lampu.
cukup indah? kalau belum cukup indah biar kukerik bagian tubuh yang lain. punggung yang akan kuloreng macan. cuma supaya angin keluar, dan cinta yang kita damba mengisi kosong ruang ini lagi.


hahaha.. puisi. aku mesti ketawa
atau tidak pada puisi. pada pulisi. pada puisi,



2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar