Aku dan Kamar

Aku dan Kamar

Rabu, 30 April 2014

Surat Kepada Seseorang yang Kurasa Ia merindu Aku, Tapi Rindu Itu Tak Disampaikannya

Surat Kepada Seseorang yang Kurasa Ia merindu Aku, Tapi Rindu Itu Tak Disampaikannya

aku tahu kau ada di sana. di kamarmu yang kecil dan penuh air tangis. menjadikannya kolam ikan dan kau pelihara ikan-ikan bergigi landap, supaya makin perih saja suasana di situ.

kau menangis sebab rindumu kalap menabrak tembok pendek berduri yang selalu saja gagal kaulewati, seberapapun kau menatapnya. berkali-kali, berulang kali, waktu demi waktu. akhirnya pergilah kau.

kemudian kau memilih menyusuri jalan-jalan di pinggiran kotamu yang tua. kulihat bahumu dari jauh, rambutmu dan baunya kuendap betul-betul dari jarak lima puluh satu depa. kukira, aku paham jelas mau ke mana dirimu. sekiranya kaupikir menempuh jalan panjang dengan harapan besar jalan itu akan membawamu pada tujuan yang padang. aku tak menyalahkanmu. tapi perlukah menjadi acuh?

baiklah akan kukatakan padamu kali ini: aku rindu padamu. aku rindu selepas-lepas tulangku. rindu setempuhan mataku dan matamu, rindu berat yang tak bisa kunikmati sungguh-sungguh. sebab kangen ini sudah jadi oase paling tak perlu di tengah gurun yang njelehi.

kutaklagi bisa bersembunyi di balik selimut dan lagu-lagu mayumi itsuwa yang kusetel keras-keras. kuputuskan untuk menulis, sebab dari menulislah segalanya jelas sekaligus terjaga samar.

juga.. tak rindukah kau pada selima menit tatap mata dan enam puluh detik ciuman yang menyudahi hari kita pada kebahagiaan yang puncak? tak rindukah kau pada pelukan sehabis hujan sekaligus nikmat gerimis yang kita saksikan pelan-pelan dengan goda-menggoda yang tak habis dan menenangkan?

bila rindu katakanlah sayang, katakanlah.


Brookline
2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar