Aku dan Kamar

Aku dan Kamar

Senin, 27 Januari 2014

Salju di Luar dan Hal-Hal yang Menyakitkan

Salju di Luar dan Hal-Hal yang Menyakitkan


Cuma buat kau..
Salju di luar itu,
pohon gundul, dan tanah yang mengeras
jarak sepelemparan batu, sepotong susah,
dan segambar muka muram, selebihnya kebencian


Sedikit tambahan,
Malam dingin,
dan kecemasan,
dan sepi yang tak selesai


Murung itu, sayang,
takkan menyembunyikanmu kemanapun
meski bising kota perlahan bikin pikiran sungsang
dan mati nanti ketimpa nasib sendiri


“ sakit ini buat kita juga, sayang.”
“ kau gemar bikin ngilu..”
“ tak setiap hari, kan.”
“ apa boleh buat..”


Sejak itulah aku pergi
Membawa kesialanmu kemanamana
Mengutuk namamu sepanjang setapak ini
Kubawa khianat diam-diam, mengendap-endap
jinjit di sebalik mahoni
Aku bisikkan mantra kesudahan pada keringat yang lebat
Supaya setiap keterlanjuran boleh liwat gitu saja
dan tentu, biar cinta kita maksum, pepat, buntet, dan sudah.


Sial, kau..


01272014


Ilustrasi: Labdo Grahito





Selasa, 07 Januari 2014

Surat Selamat Tambah Tua

Surat Selamat Tambah Tua


Kalau memang benar kita punya kehidupan lain di waktu lalu, Carin, aku yakin betul kita pernah setidaknya berpapasan di sana. Keyakinan bisa datang dari mana saja, kan? dan lebih penting dari itu, ia sering tak butuh alasan kuat. Perjumpaan kali pertama denganmu kuawali dengan tatapan aneh sekaligus perasaan menjaga jarak. Aku sadar kau adalah perempuan yang barangkali menjaga dirimu dengan baik, sedang aku waktu SMA tak peduli amat dengan penampilan. Rambutku yang gondrong lusuh mungkin membawa pikiranmu menerka-nerka, “kok anak ini bisa menarik, ya?” Hahaha itu adalah Kegeeran yang percuma, barangkali. Setelah sekian lama pula mungkin kau pasti akhirnya tahu kalau aku ini memang laki-laki yang narsis.


Cinta sejati tak butuh pembuktian, Carin, dan kau tahu betul soal ini. Aku memang lelaki brengsek yang mengaku padamu bahwa aku mencintai orang lain dalam hidupku sejak kali pertama kita bertemu, sekaligus mengaku bahwa aku punya ketertarikan yang dalam denganmu. Kau yang masih kecil itu barangkali tertohok dengan laki-laki brengsek macam aku ini, laki-laki yang menawarkan produk yang kausuka sekaligus tak boleh kaubeli. Hahaha, LOL. Kisah kita ini mirip Anthony dan Cleopatra versi tak jadi, atau Siti Nurbaya versi rusak. Kita punya halangan kita sendiri, dan kita adalah orang bodoh yang maklum dengan ketersesatan. Kita barangkali punya cadangan kesedihan lebih banyak dari Neruda yang puisi-puisinya begitu murung, tapi aku merasa kau adalah juru mudi handal yang tahu bagaimana mengarahkan kapal untuk tak karam (betapapun besar ombak dan kencang angin).


Jika suatu saat kau lupa padaku, jangan cari aku, karena aku akan sudah lupa padamu. Neruda tahu benar bagaimana masa depan cinta-cintaan melulu begitu. Kalah-menang-atau remis. Pergi sendiri-sendiri dengan kalut atau berpisah baik-baik. Kau tahu bagaimana aku memilih kalah dengan cinta sebelum kamu, dan aku tak mau menang-kalah denganmu. Xixi. Setelah sekian lama aku juga tahu kau lebih pandai ketimbang Van Gogh dalam mengontrol perasaan, padahal kau tak bisa melukis, dan ini jelas poin plus bagimu. Kau mafhum aku tak pernah puas seperti Picasso, dalam hal cinta-cintaan. Namun kau teman yang kelewat baik, mau susah di segala hal, bahkan dalam keadaan aku tak punya duit, ini poin plus lagi untukmu.


Carin yang cantik, kalau aku menulis novel roman yang panjang, aku pasti akan menulis karakter sepertimu di dalamnya. Kau tak perlu merengek, “kok aku nggak pernah ada di tulisanmu?” hahaha Carin yang disayang Allah, karya orang adalah rentetan kehidupan pembuatnya yang diperkecil. Betapapun jauh tulisanku dari kisah-kisah asli, mereka adalah sejumput dari aku yang sebenarnya. Namun jangan kau khawatir soal omonganku ini, fakta terbaiknya, aku tak pandai menulis, dan mungkin tak akan pernah membuat novel !


Keluargaku adalah cinta pertamaku, sedang kau mungkin cinta yang kesekian. Tapi urutan yang kubuat adalah berdasarkan waktu aku mengenalnya. Aku tak pernah benar-benar membuat urutan soal cinta, seperti kau sering mendesakku soal cinta macam apa yang paling nyantol di kepalaku. Cinta yang nyantol di kepalaku, Carin, adalah cinta yang setiap saat. Cinta yang aktual dan kini, dan itu memang bisa jadi apa saja. Hari-hari seperti ini adalah monumen cinta yang baik buatmu, seperti masjid yang boleh menampung doamu sendirian saja di padat-padat jadwalmu mengungsi pada kesepian seperti halnya anak-anak rantau kebanyakan. Xixi. Aku yang berjarak delapan jam terbang dari kotamu ini, lewat surat ini, sebenarnya ingin mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke dua puluh satu untukmu. Sekaligus maaf kalau ucapan ulang tahun saja pakai mubeng minger. Aku cuma ingin kau percaya bahwa tulisanku bukan melulu soal si fulan. Si itu atau si itu. Hahahaa Xronia Polla !!


7 Januari di Atlanta jam 12 siang yang sama dengan 7 Januari di kotamu, Bonn. Namun sudah tanggal 8 di kota kita, Yogyakarta. hehehe