Aku dan Kamar

Aku dan Kamar

Sabtu, 09 Maret 2013

Progo


Progo


Tiap jelang malam
Jam lima tepat
Kereta Progo dan
gerbong-gerbong rindunya
Siap menghantar kepergian siapapun ke Jakarta


Bagi yang miskin dan kurang uang
Kepergian selalu berarti lebih.
Bukan sebab perpisahan yang terus menerus meminta air mata,
Tapi sebab perjuangan selalu erat dengan pergi jauh dan keringat lebat


Seperti Jakarta, sayang. Jam lima menyimpan sepi yang dalam, bagi sanak-sanak perantau malam
Mereka gamang menanti jam paling khusyuk sepanjang hari- maghrib itu sendiri
Sebagian dari mereka
Berjuang juga bagi cinta dan jarak,
Menyebrang jembatan rindu yang panjang
Sebagian juga
Menyiapkan sekarton oleh-oleh remah nan gemah
bagi istri dan anak,
Demi bubur dan beras merah


Dengar-dengar Jakarta ialah kota bukan sulap bukan sihir,
Suka mengubah keringat jadi emas
Mengarak harapan jadi suatu realitas
Ego, esi, avtos, avti. Aku, kau, dia, dan siapapun
Mesti sesekali bersama mereka
Ke Jakarta dengan kereta Progo
Melafal doa, mendoakan senja yang segera hilang, dan nasib yang tak lepas malang
Stasiun demi stasiun
Sampai kembali ke tanah lagi.


2013


Foto karya: Agustinus Shindu Alpito 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar